Dua Pasang Hati

Rabu, 22 Juli 2015 - 10:55 WIB
Dua Pasang Hati
Dua Pasang Hati
A A A
Bukannya menikmati acara dengan baik, pikiran Lara malah terus melayang pada ciuman yang dihadiahkan wanita yang beberapa minggu lalu dilihatnya menggandeng tangan Keenan.

Theres no different between nine years ago, takdirnya akan tetap sama, Lara harus benar-benar menyerahkan perasaannya. Ia bertekad bulat move on dari pria yang sembilan tahun lalu membuatnya merasa seperti sekarang, SENGSARA. Maka itu, Lara sengaja menghilang dari stan-stan makanan yang berjejer rapi, seusai menghabiskan secangkir Belgian chocolate ice-cream favoritnya.

Disaat-saat seperti ini, hanya satu yang bisa membuatnya merasa senang; es krim coklat. Dan kini, gadis itu sedang duduk sendirian di belakang aula yang memiliki taman dengan rumput-rumput ukir yang indah. Dengan begini, Lara tidak harus menyiksa hati, batin, dan pikirannya soal Keenan. Ia merasa jauuuh... lebih tenang ketimbang tadi, saat pertama masuk ke ruang aula.

Angin malam mulai meniupkan desirnya dan membelai lembut rambut lurus Lara, ia duduk manis sambil menghadap taman dengan remang-remang lampu yang menciptakan suasana hangat seperti ini. Daripada bosan, Lara pun mengecek layar handphonenya. Alisnya mengernyit heran, disaat ia mendapati ada notif SMS di handphone-nya. Jantungnya berdegup kencang, jangan aja... dari nomor yang kemaren, harap Lara dalam hati.

Malam cantik-ku, jangan ga dibales dong. Aku kangen km banget... Lara bergidik ngeri setelah membaca sms menakutkan dari orang aneh yang beberapa hari menerornya. Nggak salah lagi , ini pasti kerjaannya Ardio. Dia pasti sengaja memakai nomor yang berbeda agar Lara tidak curiga. Lara mendesis, dipikirnya Lara hanya gadis bodoh yang nggak ngerti apa-apa, karena jarang pacaran.

Lara menyentil layar handphone-nya pelan, lalu bangkit dari kursi tamannya. Ia harus menyelesaikannya dengan tangan sendiri. Jika Echa masih nggak mau percaya, kali ini pesan yang dikirimkan pacarnya ini akan menjadi bukti kuat sandiwara Ardio pada Echa. Gadis itu dengan tergesa-gesa kembali ke ruang aula, sampaisampai ia tak sengaja bertemu dengan seorang pelayan yang memberikannya segelas wine.

Karena segelas wine itu tidak penuh, maka Lara menelannya langsung dalam satu tegukan. Setelahnya Lara tersenyum dan berterimakasih pada sang pelayan tersebut. Maka bergegas Lara mencari di mana Ardio berada, kalaupun dia nanya Keenan, mungkn dia tidak akan menjawabnya, sebab hubungan pertemanan mereka sedang tidak baik.

Lara tahu betul sikap dingin Keenan pada orang yang enggan berteman dengannya, maka dia akan membalasnya dengan sikap dingin juga. Namun sayangnya, belum sempat menemukannya, tiba-tiba saja kepala Lara terasa begitu berat dan pusing. Pengelihatan matanya berkunangkunang, dunianya terasa terputarputar.

Tetapi Lara tak menyerah, ia tetap berusaha mengendalikan rasa pusingnya ini dan mencoba berjalan, meskipun ia jalan tidak seimbang. Baru setengah jalan saja, high-heels yang dikenakannya seolah akan patah. Belum sampai di situ, Silvia dan Dodo juga tak ada di tempat, mereka sepertinya sedang menikmati makan malam lezat nan romantis malam ini, kalau begini caranya Lara akan kesulitan pas pulang nanti, handphone mereka juga tidak aktif.

Lara berjalan pelan ke tepian, mencoba menyeimbangkan posisi berdirinya, tak beberapa lama kemudian, rasa mual mendadak menyerang perutnya. Aneh... pikir Lara, dia hanya minum sedikit saja, kenapa malah jadi pusing berat begini. Rasa mual dalam tubuh Lara semakin kuat dan melumpuhkan organ-organnya untuk melangkah, hingga akhirnya... samar-samar Lara melihat ada bayangan seorang pria bertubuh tinggi tegap mengenakan jas hitam menjadi korban jackpot Lara selanjutnya.

Lagi-lagi... Gadis yang sedang tertidur pulas dengan mulut setengah terbuka ini, membuatnya geleng-geleng kepala, kehabisan kata-kata. Dia tidak tahu lagi, harus bersikap seperti apa menghadapi perempuan itu. Mau marah, tapi kayaknya nggak berguna. Apapun yang dikatakan cowok itu sekarang, tidak akan pernah didengarkannya.

This stubborn girl.... Pria itu tidak sanggup lagi mengeluarkan kata-kata kesal bagi perempuan itu. Alih-alih kesal, raut wajah laki-laki dingin itu berubah menghangat saat memerhatikan wajah perempuan yang telah merusak pakaiannya dua kali ini. (bersambung)

OLEH: VANIA M. BERNADETTE
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0750 seconds (0.1#10.140)